togel robin

2024-10-08 05:51:51  Source:togel robin   

togel robin,rajaampo,togel robin

Jakarta, CNBC Indonesia -Masyarakat dengan perekonomian kelas menengah terpantau 'malas' untuk 'jajan' di mal. Hal itu terbukti dengan berkurangnya kunjungan ke mal-mal atau pusat perbelanjaan di Indonesia. Dan ternyata, penyebabnya bukan hanya masalah daya beli, tapi ada faktor lain yang dialami warga kelas menengah RI.

Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah mengatakan, penurunan kunjungan itu terutama di mal-mal segmen kelas menengah. Sedangkan di mal-mal mewah tidak terlihat ada penurunan signifikan.

"Di Jakarta, kalau dikatakan nggak belanja di hari kerja, betul. Jadi mal itu Senin-Jumat itu orang malas ke mal, kena (aturan) ganjil genap. Kelas menengah ini kan mobilnya cuma satu. Kalau Plaza Indonesia nggak sepi. Yang belanja ke Plaza Indonesia itu, hari ini ganjil dia naik Alphard yang ganjil. Hari ini genap, dia naik Mercedes yang genap," kata Budihardjo kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (21/9/2024).

"Artinya nggak pusing. Tapi coba lihat GI (Grand Indonesia), hari biasa sepi. Hari Sabtu-Minggu, ramai. Karena yang ke sana itu kelas menengah yang mobilnya satu. Jadi mau ke mal malas kena ketentuan ganjil genap. Jadi aturan ganjil-genap itu mematikan mal dan ritel," tambahnya.

Baca:
Cuma Karena Air Galon Jutaan Warga Kelas Menengah RI Jatuh Miskin

Jika kondisi itu terus terjadi, ujarnya, lama-lama akan semakin berdampak bagi penjualan toko-toko di mal tersebut.

"Kalau daya beli ya begini-begini saja. Tapi kalau ini (penurunan kunjungan ke mal efek ketentuan ganjil genap) diteruskan lama-lama, ya mungkin, akhirnya toko akan terkena dampak. Toko-toko, dan kemudian akan berdampak pada ekonomi Indonesia. Ekonomi Indonesia, ekonomi Jakarta akan semakin mengecil, mengecil" ujarnya.

"Jadi harus benar-benar dilihat apakah peraturannya sudah tepat untuk menstimulasi ekonomi," cetusnya.

Kantong Warga RI Menipis, Beli Barang Murah

Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja memprediksi, pertumbuhan industri ritel modern dan mal tahun ini kemungkinan hanya bisa single digit. Hal itu, kata dia, karena semakin menipisnya kantong warga RI, yang kemudian memengaruhi pola belanja.

"Uang yang dipegang semakin sedikit. Maka saat ini pola belanja masyarakat kelas menengah bawah cenderung untuk membeli barang ataupun produk dengan nilai atau harga satuan yang lebih kecil atau murah," kata Alphonzus Widjaja kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (21/9/2024).

"Inilah juga yang menjadi salah satu penyebab kenapa barang impor ilegal semakin marak. Dikarenakan harganya yang sangat murah akibat tidak membayar berbagai pungutan dan pajak sebagaimana mestinya," cetusnya.

Baca:
Kelas Menengah Turun Kasta, Mal Ini Paling Terkena Dampak

Dia mengatakan, penurunan daya beli masyarakat kelas menengah bawah telah terjadi sejak awal tahun ini terutama setelah Idulfitri 2024. Daya beli masyarakat kelas menengah bawah di luar pulau Jawa relatif lebih stabil dibandingkan dengan yang di pulau Jawa.

"Diperkirakan kondisi ini akan terus terjadi sampai dengan akhir tahun ini. Sehingga diprediksi juga pertumbuhan industri usaha ritel secara keseluruhan pada 2024 ini hanya akan single digit saja," kata Alphonzus.

"Diharapkan akan terjadi perbaikan pada tahun 2025 mengingat pemerintah baru menargetkan pertumbuhan ekonomi yang cukup agresif dari tahun-tahun yang lalu," pungkasnya.


(dce/dce) Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Lesu, Pengusaha Minta Tak Ada Aturan "Tidak Tepat"

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Daftar Pemilik 10 Mal Raksasa Nan Mewah di Jakarta

Read more