link4d

2024-10-08 02:15:41  Source:link4d   

link4d,nowgoal 10,link4dJakarta, CNN Indonesia--

Kedekatan Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) dengan Presiden Joko Widodo menjadi sorotan usai sang presiden Uni Emirat Arab mengirimkan putranya untuk menghadiri pernikahan Kaesang Pangarep.

Putra MBZ, Khaled bin Mohammed bin Zayed, pun datang langsung ke tasyakuran pernikahan Kaesang dan Erina Gudono.

Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), tak hadir atau mengirim utusan keluarga khusus ke acara pernikahan Kaesang-Erina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, menilai hubungan Jokowi dan MbS berbeda dengan relasi dengan MBZ.

"Hubungan Jokowi dengan MbS tidak sedekat hubungannya dengan MBZ," kata Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/12).

Ia kemudian menjelaskan MBZ mengirim perwakilan ke resepsi karena karena faktor kedekatan pribadi dia dengan Jokowi.

"Sementara dengan MbS karena tidak dekat sehingga pertemuannya terjadi dalam forum-forum resmi saja, seperti saat pertemuan G20 di Bali," ujar Sya'roni.

Lihat Juga :
Momen Gemas Putra MBZ Sapa Jan Ethes di Pernikahan Kaesang-Erina

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, juga menyatakan hal serupa.

"Cukup dekat [MbS dan Jokowi]. Namun, proses kedekatan antar-pimpinan puncak negara mana pun akan melibatkan proses berjenjang yang terus menerus," kata dia.

Lebih lanjut, Rezasyah menerangkan MbS punya garis batas yang jelas dalam memilah urusan publik dan pribadi.

"MbS lebih mementingkan terselesaikannya masalah di dalam negerinya yang amat pelik daripada melakukan kunjungan ke luar negeri," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]

Di sisi lain, Riyadh juga sedang menjadi tuan rumah konferensi tingkat tinggi Arab-China yang berlangsung pada 9 Desember lalu. Saudi begitu antusias menyambut kehadiran Presiden China, Xi Jinping.

Rezasyah menilai kehadiran atau perwakilan pemimpin negara di acara pernikahan anak terakhir Jokowi itu tak bisa serta merta diartikan sebagai cerminan kedekatan.

Menurut dia, indikator kedekatan bisa dilihat dari kedekatan sejarah dan filosofi kenegaraan, juga kesadaran akan betapa penting sinergi guna mencapai kepentingan nasional.

Kedekatan pribadi juga dapat terjalin karena kesamaan latar belakang pendidikan, profesi, karier kenegaraan, dan ide-ide pembangunan di masa depan.

Terlepas dari itu, Indonesia dan Saudi tak memiliki kerja sama yang membuat kedua kian mesra, demikian menurut Sya'roni.

"Tidak banyak kerja sama antara Saudi-Indonesia yang mengikat keduanya. Investasi Saudi di Indonesia tergolong rendah," ujar Sya'roni.

Pada 2021, nilai investasi Saudi di RI tercatat US$3,63 juta atau sekitar Rp56 miliar. Sementara itu, nilai investasi UEA ke Indonesia mencapai US$44,6 miliar atau setara Rp638 triliun pada 2021.

Sya'roni mengatakan bahwa di Asia, Saudi lebih tertarik ke China sebagai mitra kerja sama di berbagai bidang, terutama ekonomi dan energi.

Reuters melaporkan China adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi. Pada 2021, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$87,3 miliar atau sekitar Rp1.358 triliun.

Arab Saudi juga merupakan pemasok minyak utama China. Riyadh menyumbang 18 persen dari total pembelian minyak mentah Beijing.

Bagaimana pengaruh RI sebagai salah satu penyumbang jemaah haji-umrah terbesar? Baca di halaman berikutnya >>>

RI-Saudi memang lesu di investasi, tetapi lain hal di sektor haji dan umrah. Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang jemaah umrah dan haji terbesar.

Pada 2022, Indonesia bahkan menjadi negara paling banyak mengirim jemaah haji. Di tahun itu, RI mendapat kuota 100.051 jiwa.

Namun, Sya'roni menilai kerja sama itu pun tak lantas menjadikan mereka hangat.

Lihat Juga :
Jabat Tangan Akrab Pangeran MbS-Erdogan di Antara Jokowi

"Untuk urusan haji dan umrah, Saudi melihat Indonesia satu di antara beberapa negara yang menyumbang jemaah terbesar sehingga bukan menjadi faktor penting," ucap dia.

Selain itu, dukungan terhadap Palestina juga tak membuat Jakarta-Riyadh lengket, apalagi Indonesia memang sudah tergabung dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI).

Negara yang tergabung dalam OKI memiliki sikap yang jelas mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak pendudukan Israel.

"Sehingga bukan menjadi faktor signifikan [untuk bisa membuat RI-Saudi akrab)," kata Sya'roni.

Read more