k7bola login

2024-10-08 05:35:40  Source:k7bola login   

k7bola login,bola jatuh hk 2024,k7bola login

Jakarta, CNBC Indonesia-Industri manufaktur menjadi catatan penting bagi banyak kalangan. Porsinya yang semakin menciut dari perekonomian nasional akan membuat Indonesia sulit menjadi negara maju dan menambah derita rakyat.

Eisha Maghfiruha Rachbini, Ekonom INDEF dalam diskusi panel pada akhir pekan lalu, mengungkapkan pada era ekonomi nasional meroket, industri manufaktur juga meningkat. Tahun 1989 industri manufaktur tumbuh 19% dan terus meningkat menjadi 25%.

"Sayangnya, pada dekade terakhir, kontribusi sektor industri terus menurun. Bahkan pada 2023 tumbuh hanya 18%. Hal itu salah satu titik cukup rendah dibandingkan prestasi di tahun 80an. Seolah-olah kembali terjadi de-industrialisasi dini," paparnya.

Baca:
Buka-Bukaan, Ini Faktor Ekonomi Asia Tenggara Bisa Tumbuh di Atas 4%

Kunci keberhasilan pemerintahan order baru dalam menggenjot ekonomi tumbuh 8-9% adalah peningkatan industri manufaktur, bukan hilirisasi. Menurut Eisha, jurnal yang menjelaskan tentang hilirisasi mampu mengubah ekonomi satu negara masih terbatas. Perubahan justru ada karena industrialisasi, terutama pada sektor manufaktur.

Pertumbuhan industri di Indonesia belum mencapai taraf penghasilan per kapita setara negara maju. Sementara industri jasa mulai naik tinggi, khususnya pada sektor informal. Ini mengkhawatirkan, karena sektor tersebut cukup rapuh terhadap gejolak.

Eisha menjelaskan, masalah industri nasional masih bertumpu pada komoditas bukan teknologi tinggi. Produktivitas juga rendah seiring dengan masalah tenaga kerja. Indonesia masih tertinggal dari China dan Jepang. Daya saing tenaga kerja juga masih di bawah Thailand.

Baca:
Jelang Peluncuran Core Tax, Hampir 100% NIK-NPWP Sudah Padan

Hilirisasi Bukan Solusi

Indonesia tak lagi bisa terus menerus mengandalkan sumber daya alamnya sebagai penopang aktivitas ekonomi ke depan. Sebab, terbukti selama ini terlalu mengandalkan SDA menyebabkan industrialisasi menjadi semakin tertinggal hingga menyebabkan munculnya fenomena deindustrialisasi.

Deindustrialisasi itu terjadi ketika share atau porsi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) kian terkikis. Wijayanto mengatakan, pada zaman orde baru share industri manufaktur terhadap PDB rata-rata masih sebesar 25%, namun kini di era satu dekade pemerintahan Jokowi tinggal 18,7%.

"Sejarah menunjukkan pengalaman negara-negara besar di dunia China, India, Inggris, Jepang dan Amerika, ekonomi mereka membesar karena terdongkrak oleh proses industrialisasi," ucap Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin.

Oleh sebab itu, Wijayanto menekankan, harapan untuk pemerintah mendatang idealnya fokus pada kualitas pertumbuhan bukan pada kecepatan di mana tidak menjadikan 8% pertumbuhan sebagai dogma, dengan cara mendorong industrialisasi.

"Ini dapat dilakukan dengan membantu para pelaku industri manufaktur karena mereka adalah the real hero, perbaiki kualitas perencanaan dengan tidak terburu-buru karena tragedi IKN dan kereta cepat KCIC adalah contoh nyata," tutur Wijayanto.

Baca:
Manufaktur RI Sekarat, Pengusaha Tekstil Minta Bantuan Anindya Bakrie

Sri Mulyani Was-was

S&P Global menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke 48,9 pada Agustus 2024. Artinya, PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus.

PMI juga terus memburuk dan turun selama lima bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 dan terus anjlok hingga Agustus 2024.

"PMI kita masuk kontraksi ini perlu waspada tapi kita harap dengan impor yang tumbuh di 9% itu bisa dorong kegiatan manufaktur," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (23/9/2024).

Sri Mulyani mengaku kontraksi PMI Indonesia tercermin dari permintaan listrik industri yang mengalami penurunan 2,9%. Kemudian, permintaan semen tumbuh tipis seiring dengan kegiatan konstruksi yang mulai melandai.

"Kita harap di kuartal terakhir ada akselerasi khususnya untuk proyek konstruksi meningkat," katanya.

Selain Indonesia dan sejumlah negara Asia, zona Eropa AS juga mengalami kontraksi. China sedikit lebih tinggi, namun masih mengalami penurunan yang tipis.

"Untuk PMI jasa kelihatan paling kanan itu semuanya pada zona yang ekspansif. Ini gambarkan perekonomian dunia mengalami transformasi di mana sektor jasa dan adanya digital akan lebih dominan dan berikan peran penting bagi perekonomian semua negara," ungkap Sri Mulyani.


(arj/mij) Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Kabinet "Jumbo" Prabowo Bisa Jadi "Bencana" ke Industri

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article PMI Manufaktur Ambruk Terburuk 3 Tahun, Sri Mulyani Bilang Begini

Read more