crystal palace vs bournemouth

2024-10-08 04:14:55  Source:crystal palace vs bournemouth   

crystal palace vs bournemouth,mimpi ketemu buaya besar,crystal palace vs bournemouth

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles pada perdagangan Selasa (2/9/2024), di tengah adanya kabar kurang menggembirakan dari data ekonomi dalam negeri yang dirilis baru-baru ini.

IHSG ditutup ambles 1,01% ke posisi 7.616,52. Lagi-lagi, IHSG tak mampu untuk bertahan di level psikologis 7.700. Padahal di awal sesi I hari ini, IHSG sempat berada di posisi 7.700-an.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 22 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 227 saham terapresiasi, 364 saham terdepresiasi, dan 202 saham stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi yang paling parah koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 3,04%.

Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 19,8 indeks poin. Selain itu, adapula saham perbankan raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 11,7 indeks poin dan saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar 7,2 indeks poin.

IHSG memburuk di tengah kabar kurang menggembirakan dari dalam negeri, di madna data terbaru dari Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia dan data inflasi terbaru Indonesia pada periode Agustus 2024 masih mengecewakan

PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi untuk dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9). Posisi PMI Manufaktur saat ini juga merupakan yang terendah sejak Agustus 2021.

Ambruknya PMI Manufaktur ini tentu memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Ambruknya manufkatur juga bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang turun jabatan Oktober mendatang.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan catatan deflasi di Agustus terjadi seiring dengan penurunan harga volatile foodefek peningkatan produksi bawang merah.

Lebih lanjut, deflasi yang dialami Indonesia selama empat bulan beruntun yang diikuti dengan turunya PMI Manufaktur Agustus yang anjlok ke level 48,9 poin menjadi indikasi adanya penurunan daya beli masyarakat.

Baca:
Kacau! 18 Saham Ini Harganya Kurang dari Rp 10, Bahkan Ada 3 yang Rp 1

"Tren deflasi ini dipengaruhi oleh supply pangan yang sudah mulai membaik atau normalized pasca factor el ninodi awal tahun ini. Namun kita juga perlu mencermati bahwa ada kecenderungan daya beli masyarakat ada kemungkinan trennya sudah mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan data yang dirilis pagi ini adalah PMI manufacturingIndonesia kembali lagi masuk ke dalam fase kontraktif." tutur Josua dalam program Profit, CNBC Indonesia(Senin, 02/09/2024).

S&P Global menjelaskan manufaktur Indonesia terkontraksi lebih lanjut karena menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam. Perusahaan manufaktur Indonesia juga terus mengurangi jumlah tenaga kerja meski hanya marginal.

Kondisi lemahnya industri manufaktur Indonesia ini diperkirakan terus akan terjadi hingga akhir kuartal III-2024.

Di lain sisi kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, Senin (2/9/2024) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. IHK turun dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Sementara konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 11 institusi memperkirakan IHK Agustus 2024 diperkirakan stagnan 0%% dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,18%.

Sedangkan IHK secara tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,15% (yoy) pada Agustus 2024 dan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy.

Deflasi empat bulan beruntun secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi ini juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan beruntun semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd) Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Bangkit Menguat Saat RI Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article IHSG Ambrol Nyaris 1% ke Level 7100! Ini Penyebabnya

Read more