bandarpusat

2024-10-08 06:00:51  Source:bandarpusat   

bandarpusat,mpo1221 rtp,bandarpusatJakarta, CNN Indonesia--

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) akan kembali melakukan voting draf resolusi terbaru soal gencatan senjata di Gaza, pada Senin (25/3) waktu setempat.

Voting kembali digelar, usai pemungutan suara draf resolusi usulan Amerika Serikat pada Jumat (22/3) lalu, diveto oleh China dan Rusia.

China dan Rusia memveto resolusi tersebut karena dinilai telah dipolitisasi dan tidak secara eksplisit menuntut Israel menghentikan agresinya di Gaza.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Resolusi tersebut juga menuntut pembebasan segara dan tanpa syarat terhadap semua sandera, serta pencabutan semua hambatan terhadap penyediaan bantuan kemanusiaan dalam skala besar.

Seorang diplomat mengatakan draf resolusi baru ini diajukan oleh anggota tidak tetap DK PBB, bekerja sama dengan Amerika Serikat, demi menghindari veto.

"Kami berharap, kecuali terjadi perubahan pada menit-menit terakhir, resolusi tersebut akan diadopsi dan Amerika Serikat tidak akan memberikan suara menentangnya [veto]," ungkap seorang diplomat secara anonim, kepada AFP. AS sebelumnya telah memveto tiga resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Sementara itu China, yang memveto draf resolusi usulan AS pekan lalu, mengatakan akan mendukung rancangan resolusi baru di DK PBB mengenai gencatan senjata segera di Gaza.

"China mendukung rancangan resolusi ini dan memuji Aljazair, dan negara-negara Arab lainnya, atas kerja keras mereka dalam hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.

"Kami berharap DK PBB akan mengesahkannya sesegara mungkin dan mengirimkan sinyal kuat untuk penghentian permusuhan," imbuhnya.

Lihat Juga :
Rusia Masukkan Gerakan LGBTQ dalam Daftar Teroris-Ekstremis

Sejak Israel memulai agresi ke Palestina, suara di DK PBB kerap terpecah. Dari delapan resolusi soal Gaza, dewan hanya sepakat pada dua resolusi.

Anggota tetap DK PBB, termasuk Amerika Serikat, sebelumnya dengan tegas mendukung agresi Israel sebagai cara mempertahankan diri. Namun dengan semakin dalamnya krisis kemanusiaan di Gaza, AS telah mengurangi dukungan terhadap Israel atas tindakan mereka.

Lebih dari lima bulan agresi Israel ke Palestina, lebih dari 32 ribu warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak telah tewas. Selain korban jiwa, kondisi di Gaza juga kian parah akibat minimnya bantuan kemanusiaan dan fasilitas medis yang memadai.



(dna/dna)

Read more