togel magnum cambodia

2024-10-08 02:09:57  Source:togel magnum cambodia   

togel magnum cambodia,samehadaku apk,togel magnum cambodiaJakarta, CNN Indonesia--

Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi (Prodi) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang diduga meninggal dunia akibat perundungan.

Dia ditemukan wafat di kamar indekosnya. Polisi mengungkap mahasiswi berinisial AR itu menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1Foto: Dok. CNNIndonesia

Ada buku catatan di dekatnya. Buku itu mengungkap perjalanan berat AR selama menempuh pendidikan dokter spesialis. Polisi juga mengetahui curhatan AR ke ibunya tentang hal itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya 22,4 persen peserta PPDS diketahui mengalami depresi. Para dokter muda itu tersebar di berbagai rumah sakit pemerintah.

Kasus ini bukan kasus baru. Pada 2023, beredar kabar di media sosial soal perundungan antardokter spesialis. Hal itu juga mendapat perhatian dari Menkes Budi.

Kala itu, Kemenkes memanggil para dokter yang menjadi korban. Kemenkes menemukan korban mengalami stres karena mendapatkan tekanan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan kedokteran.

"Ada kelompok di mana peserta didik ini diperlakukan sebagai asisten, sebagai sekretaris, sebagai pembantu pribadi. Mereka diperintah mengantarkan cucian ke laundry, bayar laundry, hingga antar jemput anak dokter senior," kata Budi dilansir situs resmi Kemenkes, 20 Juli 2023.

"Bahkan di antara para korban ada yang diminta mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk kepentingan pribadi oknum dokter spesialis," ujarnya.

Pakar kesehatan masyarakat Hermawan Saputra menilai perundungan terhadap PPDS terjadi karena sistem pendidikan dokter spesialis yang ada di Indonesia.

Dia mengatakan tak semua perguruan tinggi punya pendidikan dokter spesialis sehingga membuat kuota menjadi terbatas. Hal itu membuat kompetisi para dokter tergantung dari kapasitas jaringan dan juga kapasitas keuangan.

"Ini yang menyebabkan kompetisi terjadi dan di satu sisi, orang yang masuk juga harus siap dengan berbagai proses pendidikan yang padat, ketat, dan feodalistik jadinya. Adanyabullyingsenior-junior yang sangat ketat, terutama di tahap-tahap ketika mereka masuk ke dalam program stase," kata Hermawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (16/8).

Dia mengatakan program dokter spesialis membuat para dokter muda mau tidak mau menjalin hubungan intens dengan para seniornya. Tak jarang, hubungan intens itu dimanfaatkan oleh oknum dokter senior.

Hermawan mengatakan para dokter muda sering kali harus bekerja lebih berat menggantikan para seniornya. Lalu ada beberapa tugas lainnya yang memaksa peserta PPDS menuruti perintah dokter senior.

Dosen Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Ede Darmawan mengakui memang ada budaya perundungan di kalangan Dokter spesialis.



Menurutnya, budaya ini timbul sejak lama. Budaya ini terus diturunkan karena pihak-pihak terkait tak mengambil langkah konkret untuk memutusnya.

"Itu memang berkaitan dengan budaya lama yang berjalan di pendidikan dokter spesialis, memang harus harus diperbaiki," kata Ede saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (16/8).

"Ada perasaan dendam memang, 'Dulu saya digituinoleh senior,' sekarang jadi begitu," ujarnya.

Ede menyebut hal ini menjadi sebuah ironi. Perundungan terjadi di kalangan orang-orang paling terdidik di negeri ini. Dia berpendapat seharusnya hal ini tak terjadi.

Dia mendorong semua pihak bergerak menumpas perundungan di kalangan dokter spesialis.

Pengawasan ketat terhadap dokter

Langkah pertama yang bisa dilakukan, kata Ede, adalah membentuk unit khusus yang memantau para anggota PPDS. Unit itu diusulkan untuk membuat pemantauan kondisi mental secara berkala. Unit itu juga menjadi saluran pengaduan korban perundungan.

Ede juga mendorong pemerintah membenahi institusi pendidikan kedokteran di berbagai penjuru negeri. Kampus harus dibebani tanggung jawab mencegah perundungan antardokter.

"Karena mereka-mereka ini kan aset. Setahun dokter spesialis enggak sampai seribu orang. Mereka nantinya akan memberi manfaat, bukan hanya diri mereka dan keluarga, tapi masyarakat," ucap Ede.

Hermawan juga sepakat dengan hal itu. Dia berkata harus ada pengawasan yang jelas dan ketat terhadap profesionalisme para dokter spesialis dalam membimbing juniornya.

"Perguruan tinggi harus melakukan proses pengawasan dan pengawalan dan profesionalisme pengajaran ya agar tidak terjadi intensivitas pribadi yang berlebihan tadi," ujarnya.

Lihat Juga :
PB IDI Dukung Penyelidikan Dokter Muda Meninggal Diduga Dibully

Dia juga mendorong perluasan fasilitas pendidikan dokter spesialis. Salah satunya dengan memperbanyak pendidikan dokter spesialis dengan rumah sakit sebagai penyelenggara.

"Dengan sendiri kita berharap feodalistik atau kasus-kasus bullying itu menjadi sesuatu yang hilang dengan sendirinya jika proses kebijakan itu dibuka lebih aksesibel ke seluruh wilayah di Indonesia," ucap Hermawan.

(dhf/isn)

Read more