pengertian adat istiadat

2024-10-08 06:20:22  Source:pengertian adat istiadat   

pengertian adat istiadat,login ladangtoto2,pengertian adat istiadatJakarta, CNN Indonesia--

PDIP hingga kini belum memutuskan sosok yang akan diusung dalam Pilkada Jakarta 2024. Masih ada sisa empat bulan bagi partai berlambang banteng moncong putih itu untuk menentukan dan mengumumkan pilihan.

Pun dengan partai koalisi, PDIP belum menentukan 'jodoh' mereka untuk kontestasi Jakarta November mendatang. Namun demikian, sejumlah pimpinan PDIP mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah parpol lain. Lantas, seperti apa manuver PDIP ke depan?

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga menilai PDIP akan mengusung sosok yang berseberangan atau menjadi antitesis dari sosok yang masih bertalian dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau Koalisi Indonesia Maju (KIM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamil menyebut PDIP nampaknya masih sulit untuk berdamai dengan Jokowi. Apalagi setelah nama putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, digadang-gadang untuk maju sebagai cagub atau cawagub di Jakarta.

Beberapa partai di KIM seperti PSI hingga PAN telah membuka peluang itu. Jamil menilai kemungkinan besar Kaesang akan maju bersama eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK).

Jamil melihat wacana untuk mengusung Kaesang bukan rencana main-main, sebab selain usia Kaesang yang sudah memenuhi syarat lewat putusan MA dan kemudian diamini KPU melalui PKPU.

Lihat Juga :
Kaesang: Jateng Butuh Pemimpin yang Bisa Atasi Masalah Kompleks

Kaesang menurutnya belakangan juga sudah aktif terjun ke masyarakat, salah satunya rajin salat Jumat di Masjid Jakarta.

"Bagi PDIP, akan sulit bergabung ke KIM bila yang diusung RK-Kaesang Pangarep. PDIP tampaknya akan masih terus berseberangan bila ada trah Jokowi," kata dia.

Jamil meyakini PDIP akan berkoalisi atau berjodoh dengan parpol di luar KIM. Saat ini, parpol yang paling berpotensi berkoalisi dengan PDIP menurut Jamil adalah PKB dan PKS.

Untuk PDIP-PKB, Jamil menyebut hal itu setidaknya bila dilihat dari jumlah kursi yang dimiliki kedua partai. PDIP dan PKB sudah lebih dari cukup untuk mengusung pasangan cagub-cawagub.

Bila hal itu terjadi, maka PDIP dan PKB berkemungkinan mengusung Andika Perkasa dan Ida Fauziyah atau Nadiem Makarim dan Ida Fauziyah.

"Hanya saja, sosok tersebut lemah dalam elektabilitas. Karena itu, pasangan ini akan mudah dikalahkan oleh poros KIM bila mengusung RK," kata dia.

Oleh sebab itu, apabila PDIP-PKB sepakat untuk berkoalisi, maka mereka harus mencari sosok yang memiliki elektabilitas tinggi, salah satunya adalah dengan menggaet eks Gubernur Jakarta, Anies Baswedan.

"Karena itu, kalau poros itu nantinya terbentuk, ada kemungkinan PKB akan mengusung Anies Baswedan. Sementara PDIP bisa jadi mengusung Andika Perkasa atau Nadiem Makarim atau Prasetyo Edi Marsudi," jelasnya.

Apabila PDIP-PKB mengusung mereka, maka kemungkinan besar PKS yang terlebih dahulu mengusung Anies-Sohibul Iman bisa saja mengalah. Bila hal demikian terjadi, maka PKS bisa masuk dalam koalisi PKB dan PDIP.

"Jadi, PKS bila tidak ada partai yang mau berkoalisi dengannya, maka Anies-Sohibul dengan sendirinya tidak bisa diusung. Hal ini bisa terjadi karena partai lain melihat peluang duet Anies-Sohibul menang relatif kecil," ujar mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai strategi yang harus dilakukan PDIP saat ini adalah mengulang kesuksesan Pilgub Jakarta 2012. Kala itu, PDIP mengusung Jokowi dan Ahok melawan Gubernur petahana Fauzi Bowo.

Adib menyebut PDIP harus mencari sosok yang tidak jauh berbeda dengan kedua tokoh itu. Ia meyakini, masyarakat Jakarta membutuhkan sosok yang merakyat dan membawa perubahan.

"Manuver realistis bagi PDIP adalah bagaimana mengulang kesuksesan Jokowi-Ahok di 2012. Bahwa simbol politik kerakyatan, simbol perubahan, simbol politik yang dapat digandrungi anak muda, itu menjadi sebuah solusi," kata Adib kepada CNNIndonesia.com, Senin (8/7).

Adib menyebut tokoh-tokoh dengan elektabilitas rendah akan sulit maju di Jakarta. Menurutnya butuh sosok sekaliber Anies dan RK untuk memenangkan kontestasi Pilkada Jakarta.

"Sebab Jakarta itu adalah episentrum politik nasional sampai saat ini," imbuhnya.

Lihat Juga :
Daftar Tokoh Berpeluang Maju Pilkada 2024 di Pulau Jawa

Oleh sebab itu, Adib menilai sebaiknya PDIP berkoalisi dengan PKB-PKS hingga Golkar. Menurutnya hanya Golkar partai di KIM yang masih berpeluang untuk berkoalisi dengan PDIP.

Namun di sisi lain, Adib juga berpendapat Anies masih susah diterima oleh seluruh kader PDIP. Namun peluang-peluang itu menurutnya masih sangat cair.

"Kalau menggaet Pak Anies menurut saya masih seperti menyiram air di internal PDIP, enggak sama bos," kata dia.

Lebih lanjut, Adib juga beranggapan PDIP masih susah untuk berdamai dengan koalisi atau partai yang masih bertalian dengan Presiden Jokowi. Menurutnya, PDIP akan mengusung sosok yang menjadi antitesis Jokowi atau KIM.

Namun PDIP menurutnya tetap bisa terbuka dengan parpol di KIM lainnya seperti Gerindra, dengan syarat apabila mereka tidak mengusung trah Jokowi atau dalam kasus ini Kaesang Pangarep.

Di sisi lain, Adib menilai PDIP akan merugi apabila masih bertahan dengan sikapnya untuk berseberangan dengan Presiden Jokowi. Sebab hingga kini belum ada sosok atau kader dari internal PDIP yang moncer di Jakarta seperti Jokowi-Ahok dahulu.

"Menjadikan Jokowi sebagai musuh utama hari ini bagi PDIP merupakan sebuah kerugian, suka atau tidak bahwa Jokowi ini memiliki kepuasan publik tinggi yang harus dimaknai PDIP juga," ujar Adib.

Read more