suzuki burgman 150 indonesia

2024-10-08 02:08:56  Source:suzuki burgman 150 indonesia   

suzuki burgman 150 indonesia,sports808,suzuki burgman 150 indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia -Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengurangi peran energi batu bara dengan meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Yang akan disasar adalah untuk industri pemurnian mineral (smelter).

Hal itu pemerintah dalam mengejar target ambisius mengurangi emisi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa telah terjadi pergeseran pandangan industri global yang kini sudah bergeser ke arah yang lebih hijau. "Dalam industri dan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia sudah mulai insaf bertahap. Karena dulu kita berpikir tentang mencari uang dengan cepat tanpa memperhatikan proses lingkungan dengan baik," ujarnya pada acara Green Initiative Conference di Jakarta, dikutip Kamis (26/9/2024).

Baca:
Bukit Asam & KAI Logistik Teken Kerja Sama Jasa Bongkar Muat Batu Bara

Sejalan dengan paradigma global tersebut, tutur Bahlil, pemerintah akan membuat peraturan untuk memanfaatkan EBT di dalam industri-industri smelter secara bertahap dan perlahan, yang sebelumnya menggunakan batu bara sebagai sumber energi listriknya.

"Di Weda Bay itu membangun industri hilirisasi dari bahan baku nikel. Sekarang dia sudah punya lebih kurang lebih sekitar 8-10 Giga Watt, artinya 8-10 ribu Mega Watt," tuturnya.

Bahlil menyebutkan bahwa sudah berdiskusi dengan pemilik smelter Weda Bay mulai tahun 2025 mendatang pengolahan nikel disana akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan bekas tambang, dengan target lima tahun selanjutnya pemanfaatan EBT sudah di atas 50%. "Puncaknya nanti di tahun 2030 minimal 60-70% mereka sudah bisa melakukan konversi memakai energi baru terbarukan," tambahnya.

Selanjutnya, Bahlil mengatakan bahwa smelter-smelter yang produk turunannya hanya sampai dengan Nickel Iron Pig (NPI) akan diberikan persyaratan sudah harus memakai EBT, atau setidaknya menggunakan energi berbasis gas bumi, meski memiliki investasi yang lebih mahal.

"Tetapi, mahalnya Capex untuk melakukan investasi terhadap power plant yang berorientasi pada EBT itu ditutupi dengan harga produk yang memang harganya lebih mahal ketimbang produk yang dihasilkan dari energi batu bara atau fosil. Jadi kalau dihitung secara ekonomi, itu no issue," pungkasnya.


(pgr/pgr) Saksikan video di bawah ini:

Video: Tantangan & Potensi Batu Bara di Tengah Transisi Energi

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Bukti RI Belum Bisa Tinggalkan Batu Bara, Usianya Masih Puluhan Tahun!

Read more