kaos kaki togel

2024-10-08 01:55:09  Source:kaos kaki togel   

kaos kaki togel,klasemen liga 1 2023 sampai 2024,kaos kaki togel

Jakarta, CNBC Indonesia-Lada merupakan salah satu komoditas rempah yang memiliki sejarah panjang dalam perdagangan dunia, terutama di Indonesia. Lada menjadi salah satu alasan utama bangsa Eropa datang dan menjajah Nusantara, yang saat itu dikenal sebagai pusat rempah-rempah dunia.

Nilai ekonomis yang tinggi dari lada menarik perhatian bangsa Eropa untuk menguasai wilayah Indonesia, yang pada akhirnya berdampak pada penjajahan selama ratusan tahun.

Mengutip situs Jalur Rempah Kemendikbud, Kerajaan Banten menjadi salah satu bandar perdagangan besar pada masanya dan disinggahi pedagang dari berbagai mancanegara. Belanda untuk pertama kalinya datang ke Nusantara (Banten) di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tahun 1596.

Hal itu karena Kerajaan Banten dikenal sebagai salah satu pusat komoditas rempah-rempah, yaitu lada. Disebutkan, saat itu, Kerajaan Banten berfokus dalam bidang perdagangan yang pada masa itu dilakukan pula oleh kerajaan lain di Nusantara.  

Lalu bagaimana kondisi terbaru komoditas rempah ini? Mengingat, lada merupakan salah satu bumbu dapur yang dibutuhkan untuk menu masakan tertentu. Apakah Indonesia masih bisa jadi pemain dunia dalam memenuhi permintaan dunia?

Produksi Lada di Indonesia

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), produksi lada di Indonesia menunjukkan tren yang fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.

Produksi lada nasional yang pada tahun 2013 mencapai 91 ribu ton, mengalami penurunan menjadi 89 ribu ton pada tahun 2022 dengan rata-rata pertumbuhan minus 0,28% per tahun. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, hama, dan penyakit tanaman, serta fluktuasi harga yang mempengaruhi semangat petani untuk membudidayakan lada. 

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung menjadi sentra utama produksi lada di Indonesia. Rata-rata kontribusi produksi dari Kepulauan Bangka Belitung mencapai 37,48%, sementara Lampung berkontribusi sebesar 17,61% dari total produksi nasional dalam lima tahun terakhir.

Ekspor Lada Indonesia 

Ekspor lada Indonesia, baik lada hitam maupun lada putih, mengalami dinamika yang cukup signifikan. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2012, ekspor lada hitam Indonesia mencapai puncaknya dengan volume 48.037 ton, namun menurun tajam hingga 9,277 ton pada tahun 2023. Hal serupa terjadi pada ekspor lada putih yang mencapai 29.691,9 ton pada 2019, tetapi menurun menjadi 11.633,2 ton pada 2023.

Vietnam, Amerika Serikat, dan India menjadi negara tujuan utama ekspor lada Indonesia.

Namun seiring waktu, produksi lada putih Vietnam juga terus meningkat. Ini menjadi salah satu penyebab semakin menurunnya ekspor lada putih Indonesia.

Dan, diam-diam, produksi lada putih Vietnam semakin menguasai pasar ekspor. Terutama di rentang tahun 2016-2020.

Penurunan ini sebagian besar juga disebabkan oleh peningkatan persaingan global. Meski, Kementan kemudian menyatakan, ketatnya persaingan dari negara-negara produsen lain seperti Vietnam yang dikenal dengan harga yang lebih kompetitif, menambah tantangan bagi ekspor lada Indonesia.




Kelebihan Lada Indonesia dan Persaingan Global

Lada Indonesia, khususnya "Muntok White Pepper" dari Kepulauan Bangka Belitung, dikenal memiliki kualitas tinggi dengan cita rasa khas yang sulit ditandingi oleh lada dari negara lain. Faktor ini menjadi keunggulan kompetitif lada Indonesia di pasar internasional. Namun, meskipun demikian, lada Indonesia menghadapi persaingan ketat dari Vietnam dan Brasil yang mampu memproduksi lada dalam jumlah besar dengan harga yang lebih rendah.

Meskipun Indonesia tetap menjadi salah satu produsen lada utama di dunia, tantangan dalam hal peningkatan produksi, menjaga kualitas, serta bersaing di pasar global masih perlu terus diatasi.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lada perlu terus didorong, khususnya melalui pengembangan teknologi budidaya dan peningkatan dukungan bagi petani. Di sisi lain, strategi pemasaran yang lebih agresif dan fokus pada niche market yang menghargai kualitas juga dapat menjadi solusi untuk menghadapi persaingan global.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

(emb/dce) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Read more